Tempat Berbagi Informasi,Dan Tips Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut.

Selamat Jalan “Guru” ku Tercinta, drg. Djoko Prastowo, MS

fall downMaaf jika posting ini kemudian mengalahkan posting-posting yang seharusnya saya buat. Tapi rasanya saya memang harus memposting tulisan ini. Hanya sekelumit cerita, kesan, dan ucapan selamat jalan dari murid untuk gurunya yang telah pergi untuk selama-lamanya. (Tidak selamanya daun itu melekat di batang pohon, ada waktunya ia harus gugur dan jatuh ke tanah). 

 

Pagi ini minggu tepatnya tanggal 24 Mei 2009, saya sempatkan membuka akun facebook saya, langsung menuju www.facebook.com, mengisi email, lalu kemudian password, selanjutnya facebook kemudian mengarahkan saya ke beranda, dan sayapun terhenyak sejenak, membaca tulisan bernada sedih dari status terbaru dari beberapa teman sefakultas  “dia tlah pergi untuk selama-lamanya….dst”, heran, ada apa ini? lalu dekat dari tulisan itu ada nama seorang dosen saya “drg. Djoko Prastowo, MS.” yang belakangan terdengar kabar sedang sakit. Untuk memastikan saya geser kursor ke bawah melihat status teman-teman yang lain, dan semuanya bernada duka cita. Dan ternyata apa. Mendung hitam menggelayut di atas langit Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar. Beliau “drg. Djoko Prastowo, MS.” ternyata hari ini berpulang ke sisi-Nya, karena sakit yang diderita selama beberapa pekan terakhir ini. Kabar yang begitu menghentak seluruh sivitas akademi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar. Telah pergi mendahului kita,  dosen, guru dan sahabat yang sabar serta bersahaja.

 

Guru pertama penyakit mulut

Jujur saja, saya tidak begitu mengenal beliau tapi beliaulah yang pertama kali mengajarkan kepada saya dan teman-teman saya tentang ilmu penyakit mulut. Saya masih ingat ketika beliau untuk pertama kalinya mengajarkan mata kuliah “Oral Medicine I”,  waktu itu sekitar tahun 2004.  Kalau tidak salah beliau adalah dosen penanggung jawab mata kuliah itu, karena kadang dosen yang pertama kali masuk ketika awal mata kuliah dimulai adalah dosen yang bertanggung jawab atas mata kuliah tersebut. Hari itu hari pertama mata kuliah OM dimulai, ia membukanya dengan pengantar tentang defenisi Oral Medicine, mata kuliah yang membahas tentang segala jenis penyakit pada jaringan rongga mulut, serta perawatannya yang sifatnya non bedah. Beliau hari itu begitu semangat memberikan kuliah. Kuliah dari beliau jumlahnya cukup banyak, hampir setengah dari total jumlah pertemuan mata kuliah selama satu semester, sehingga dari awal pertemuan sampai setengahnya kami selalu bertemu dengan beliau. Lepas dari itu saya sudah tak pernah lagi bertemu dengan beliau. Karena di mata kuliah selanjutnya “Oral Medicine II” beliau sudah tak menjadi dosen pengasuh.

 

Tidak gagap teknologi (gaptek) 

Dosen high tech, itu mungkin kata yang pantas disematkan untuk beliau. Disaat dosen-dosen lain memberikan kuliah dalam bentuk ceramah, beliau tidak. Seingat saya beliaulah yang pertama memberikan kuliah dalam bentuk presentasi slide “power point”. Bagaimana tidak, kalau mata kuliah yang beliau ajarkan adalah mata kuliah yang berhubungan dengan penyakit dalam mulut yang menuntut pengenalan dengan mata sehingga mutlak gambar-gambar tentang bagaimana bentuk, ukuran, warna penyakit tersebut ditayangkan secara jelas. Dapat dibayangkan jika beliau hanya menggunakan metode ceramah, pasti kami para mahasiswanya hanya dapat membayangkan, mereka-reka, menebak-nebak bagaimana gambaran penyakit mulut tersebut. Waktu itu, mata kuliah beliau yang pertama kali memberikan file slide power point, karena saat itu dosen yang memberikan kuliah dalam bentuk presentasi “power point” masih sangat jarang. LCD proyektor pun waktu itu jumlahnya hanya 2 atau 3 buah, tapi LCD itu tiap selalu siap “stand by” saat mata kuliah OM akan dimulai.

 

Pernah suatu ketika, saat itu di pameran mega bazar komputer di Balai Manunggal ABRI (kini Balai Jend.M.Yusuf) yang berada di samping Monumen Mandala. Saya dan seorang teman yang kadang menyempatkan ke pameran komputer tanpa sengaja melihat beliau bersama seorang dosen lainnya (dosen saya juga yang kini telah menjadi Profesor). Dari jauh beliau terlihat mengamati LCD proyektor, berbincang sebentar dengan si penjual, mungkin ingin mengecek harga, karena biasanya saat pameran komputer seperti itu banyak promo, dan barang-barang ditawarkan dengan harga miring,, lalu kemudian beliau berpindah dari satu gerai produk komputer ke gerai produk lainnya. Dari situ saya kemudian mengambil kesimpulan. Beliau dosen, guru yang tidak gagap teknologi (gaptek), tapi seorang yang melek teknologi, update info tentang dunia teknologi, tentu saja dengan satu tujuan yaitu bagaimana kemudian memudahkan meningkatkan pemahaman mahasiswanya dengan menggunakan media pembelajaran teknologi canggih. Buktinya beliau senantiasa menggunakan teknologi itu ketika mengajar kami.

 

Seorang yang religius

Beberapa tahun yang lalu saya sempat berpapasan dengan beliau. Waktu itu saya harus menemui seorang dosen di  Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea. Saya bertemu beliau  di masjid dekat Rumah Sakit. Usai shalat dhuhur beliau beranjak meninggalkan masjid sementara saya baru saja hendak masuk. Pribadi yang religius yang masih menyempatkan diri berinteraksi dengan pencipta-Nya disela-sela kesibukannya yang padat membimbing para mahasiswanya. Seingat saya itulah pertemuan terakhir dengan beliau.

 

Tampilan yang rapi

Saya sangat suka dengan kostum yang beliau kenakan setiap harinya. Kalau tidak salah beliau suka memadukan bawahan mirip kain jeans yang dipadu dengan baju yang berkerah. Saya banyak menemukan beliau memakai kostum bawahan menyerupai jeans dan baju dengan motif kotak-kotak. Tapi satu yang jelas beliau selalu rapi dalam mengenakan pakaian. Tidak pernah saya dapati beliau dalam keadaan yang tidak rapi.

 

Semangat yang tak pernah mati

Ini saya baca dari posting seorang teman angkatan di facebok bahwa di masa-masa sakitnya itu beliau pernah berkata “Saya tidak akan pernah berhenti mengajar kalian…”, itu yang sempat saya tangkap dari tulisan teman saya itu. Sungguh semangat seorang pendidik yang masih ada dan membara dalam kondisi tubuhnya yang sakit. Sempat juga saya mendengar kabar dari teman-teman bahwa beliau masih memaksakan diri datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea di tengah-tengah sakitnya, tapi setelah itu balik lagi ke rumah sakit. Semangat itu pantas untuk ditiru.

 

Itulah sedikit cerita dan kesan yang saya dapatkan dari “drg. Djoko Prastowo, MS.”. Kesan dari seorang murid kepada gurunya yang begitu sabar dan bersahaja.

 

Selamat jalan kepada yang tercinta, yang terkasih  guru, dosen, sahabat, ayahanda  kami “drg. Djoko Prastowo, MS. “, Semoga amal  dan ibadahnya diterima, dan ditempatkan di tempat yang paling layak di sisi-Nya. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan untuk menerima cobaan ini. Karena sesungguhnya tak ada yang kekal di dunia ini.

 

Kami sivitas akademika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, berduka…..

Tag : Berita
2 Komentar untuk "Selamat Jalan “Guru” ku Tercinta, drg. Djoko Prastowo, MS"

Back To Top